Pemuda Sederhana Melamar Putri Raja
Alkisah, di sebuah kerajaan,hiduplah seorang
raja dan putrinya.
Putri tersebut tak hanya cantik,tapi juga
cerdas dan pandai bicara,sehingga banyak orang segan padanya.
Ketika usia sang raja semakin tua,ia
Khawatir putrinya akan hidup sendirian sepeninggal
dirinya kelak,sang putri akan mewarisi kerajaannya,Raja pun bertekad untuk
mencarikan suami yang sepadan bagi putrinya.
Raja
memutuskan untuk mengadakan sayembara. Ia mengirim pengawal-pengawalnya ke
seluruh penjuru negri untuk menyebar pengumuman yang berbunyi: “Barang siapa
bisa memenangkan perdebatan dengan putri raja,ia akan menikahi sang putri
sekaligus mendapatkan separuh wilayah kerajaan”.
Para
pemuda dari berbagai pelosok menyambut tantangan itu. Mereka semua
berpikir,berdebat dengan seorang putri tentu bukan hal yang suit. Namun,hari demi
hari,para pelamar yang datang ke istana dan berhadapan dengan sang putri harus
pulang sambil gigit jari. Tak satu pun dari mereka yang berhasil memenangkan
perdebatan dengan putri yang pintar. Sang putri selalu berhasil memenangkan
setiap argument.
Meski
begitu, karena kecantikan sang putri,para pelamar yang datang tetap banyak.
Akan tetapi,setelah beberapa waktu, argument yang diajukan para pelamar semakin
konyol dan aneh, dan ini membuat sang raja geram.
“Mulai
saat ini,” ia mengumumkan,hanya para pelamar serius yang boleh mengajukan
lamaran! Jika ada pemuda yang memberikan argument konyol,ia akan dihukum!”
Sejak
saat itu,jumlah pelamar semakin berkurang sedikit.
Di kerajaan tersebut,hidup seorang
Pemuda miskin yang
sudah tidak memiliki orang tua maupun saudara. Pemuda ini sebenarnya rajin dan
baik hati, hanya saja nasib tidak berpihak padanya. Suatu hari,ia mendengar
sayembara yang digelar raja. Ia pun mencoba keberuntungannya.
“Aku toh tidak akan rugi apa-apa,”katanya
pada diri sendiri.” Kalau aku gagal,paling-paling aku hanya akan dihukum, dan
kehidupan sudah menghukum aku selama ini.”
Maka pemuda miskin itu
berangkat menuju istana. Di perjalanan,pemuda itu melihat burung gagak yang
sudah mati di tepi jalan. Si pemuda berhenti sejenak untuk berpikir. Gagak
dikenal sebagai pertanda buruk,tapi ini adalah gagak yang sudah mati,jadi
maknanya pasti sebaliknya. Pemuda itu memutuskan untuk melemparkan bangkai
burung tersebut dalam karung yang dibawanya.
Ia belum berjalan jauh ketika
kembali menemukan sesuatu,kali ini sebuah bak mandi yang sudah tua. Sekali
lagi,pemuda itu berhenti untuk berpikir. Ia memutuskan membawa benda yang ia
temukan ini juga. “Yah,kita tidak akan pernah tahu kapan akan
membutuhkannya,”batinnya,sambil menyeret bak mandi tersebut di belakangnya.
Berikutnya, pemuda itu menemukan
selembar karpet tua,sebatang tanduk domba jantan, dan sebuah seruling. Ia
memutuskan untuk membawa semua benda yang ia temui di perjalanan. Siapa tahu,
ia bisa memanfaatkan benda-benda itu di istana nanti.
Rakyat bukan tidak tahu ada seorang
pemuda miskin yang
hendak melamar putri raja. Ke mana pun pemuda ini berjalan, ia mendapat
olok-olok dari orang-orang yang melihatnya. Namun,pemuda itu bergeming. Ia tidak
akan membiarkan siapa pun menghalangi impiannya.
Malam itu, karena perjalanan ke
istana masih jauh,pemuda itu harus menginap di rumah seorang petani. Melihat pemuda
itu membawa benda yang aneh-aneh, sang petani dan istrinya bertanya, hendak
kemana tujuannya. Pemuda itu menjawab dengan menatap: hendak melamar putri
raja.
“Kau tidak akan berhasil. Sudah banyak
pemuda yang jauh lebih kaya dari engkau yang mencoba melamar,tapi tidak ada
yang lolos!” si petani memperingatkan.
“Putri raja itu pintar sekali,”timpal istri petani.”Lebih
baik kau pulang saja.”
Tapi, sang pemuda bertekad untuk
pantang menyerah. “Aku yakin aku bisa memenangkan tantangan ini,”tegasnya.
“Kalau begitu, kami doakan yang
terbaik,Nak. Kelihatannya kamu orang yang baik dan tulus,” ujar istri petani.
Esok harinya,pagi-pagi benar,
Pemuda itu sudah
berangkat ke istana raja.
Setibanya di sana, penampilannya
yang sederhana membuat para pengawal tertawa dalam hati. Begitu pula
pemuda-pemuda yang lain yang hari itu juga datang untuk meminang sang putri. Setelah
menunggu beberapa lama, tibalah giliran sang pemuda miskin untuk menghadap
putri raja.
“Salam, Tuan Putri,” sapa pemuda itu.”Kelihatanya
engkau adalah wanita yang bertangan dingin!”
Sang putri menatap pemuda sederhana
di hadapannya dengan bingung.”Apa maksudnya berkata begitu? Tanganku hangat,
kok.”
“Mungkin
saja,” sahut pemuda itu. “Tapi pasti tidak cukup hangat untuk memegang seekor
gagak.”
Kini
sang putri raja menatap pemuda itu lekat-lekat. “Siapa bilang? Tanganku cukup
hangat untuk memegang seeokor gagak.” Debatnya. Ketika itulah,pemuda itu
mengeluarkan burung gagak yang sudah mati dari karungnya. “Ayo,kita buktikan!”
katanya.
Sang
pintar dengan cerdik berkelit. Ia menggelengkan kepala dan berkata,”Aku tidak
bisa menyentuh burung gagak ini,” ujarnya,”karena jika itu kulakukan,dia akan
terpanggang, dan minyaknya akan menetes ke lantai.”
“Itu
bukan masalah!” sahut sang pemuda.”kita akan menampung tetesan minyak itu
dengan ini!”Dan dia mengeluarkan bak
mandi yang dibawanya.
Sang
putri raja sepontan tertawa. Raja yang menyaksikan ini tersenyum,karena baru
kali ini ia melihat putrinya tertawa. “Tapi,sahut sang putri tak mau kalah,”bak
mandi tua ini akan meninggalkan jejak di lantai istana yang bagus.”
Pemuda
itu membungkukkan badan sambil berkata,”Kalau begitu,kita akan menaruhnya di bawah
bak mandi.
Sang putri
menggelengkan
Kepalanya. Ia sadar bahwa pemuda itu telah
menandinginya. Dia berkata, “Aku lihat engkau pintar meliukkan kata-kata!”
Pemuda
itu kembali merogoh ke dalam kantungnya, dan kali ini ia mengeluarkan tanduk
domba jantan. “Tanduk ini jauh lebih meliuk, tapi lihat bentuknya, sungguh bagus
dan indah!”
Sang
putri mempelajari pemuda di hadapannya dengan seksama. Di balik penampilannya
yang gembel, ia sebenarnya tampan. Meski begitu,yang paling disukai sang putri
raja adalah selera humor,karena itu menunjukan bahwa dia adalah orang yang
cerdas.
“Benar,tanduk
domba itu kuat,”sahut sang putri.”Tapi suara domba sungguh tak indah didengar!”
Tanpa
menjawab apa-apa,pemuda itu menarik benda terakhir dari karungnya: seruling. Ia
memainkan alat musik itu,melantunkan nada yang indah. Sang putri tidak tahu
lagi harus berkata apa. Dan dia sadar bahwa pemuda itu telah memenangkan
perdebatan ini – dan juga hatinya.
“Ayah,
aku telah menemukan calon suami yang sepadan denganku,”kata sang putri pada
sang raja, yang menyaksikan itu semua.
“Pilihanmu
sungguh tepat, putriku,” sahut raja. “Pemuda itu juga berhak mendapatkan
separuh kerajaanku!”
Akhirnya,nasib
baik berpihak pada pemuda itu. Bersama putri raja,ia tinggal di istana dan
hidup bahagia selamanya.
^_^ TAMAT ^_^
Dongeng Rusia
Diadaptasi oleh Amy Friedman dan ilustrasi
oleh Meredith Johnson
@2013 UNIVERSAL UCLICK

0 komentar:
Posting Komentar